Saturday, 5 April 2014

[Bukan] Kisah Jaka Dan Juleha

Delapan tahun yang lalu, adik laki-laki  saya ini, saya curigai menderita TB. Saat itu adik saya ini sering batuk-batuk, dan batuknya ini terdengar sangat berat karena adanya dahak.


"Dik, kamu ini sudah batuk berapa lama?" Tanyaku saat itu.

"Baru semingguan." Jawabnya.

"Sudah kamu obatin belum?"

"Baru juga semingguan, paling besok sembuh sendiri." ujarnya saat itu.

"Baiklah, mbak tunggu besok. Kalau lebih beberapa hari saja kamu harus periksa ke dokter." 

Saat itu saya pegang tangannya.
"Eittss......Entar dulu deh. Badan kamu kok anget. Ayo, sekarang  kamu harus periksa ke Dokter! Takutnya tambah parah."

Seketika hari itu saya paksa dia untuk  berobat ke salah satu klinik yang tak jauh dari rumah kami.
Sesampainya di klinik, saya ikut masuk menemani adik berobat ke dokter dan menerangkan beberapa gejala yang di derita adik saya. Karena adik saya ini sudah kuliah dan sudah besar tentunya, dia bisa  menjelaskan perihal keluhan batuknya saat itu.

Kecurigaan saya ini akhirnya saya utarakan ke dokter. Dan dokter tidak serta merta membenarkan kecurigaan saya ini. Dokter memeriksa dan menanyakan berbagai hal diantaranya tentang rokok. Dan adik saya ini bukan seorang perokok, begitu juga dengan lingkungan  kami seperti bapak, bapak juga tidak merokok. Selain itu, dokter juga menanyakan tentang lingkungan rumah kami, apakah dalam kondisi yang buruk seperti adanya  polusi udara di sekitar pemukiman kami. Rumah kami memang berada di pemukiman padat penduduk, tapi masalah gizi, alhamdulillah masih bisa membeli makanan yang bergizi. Karena saya masih penasaran, dokterpun akhirnya menindak lanjutin kekhawatiran saya dengan syarat jika obat yang diberikan nanti selama seminggu tak kunjung reda, seperti batuk dan demamnya masih ada hingga lebih dari dua minggu. Dokter akan merekomendasikan   foto rontgen. 

Seminggu kemudian, obat dari dokter habis dan batuk adik saya ini tambah parah dan demamnya masih ada.  Saat itu juga  adik saya melakukan foto rontgen dan kembali ke dokter periksa  tempat pertama kali kami periksa. Karena kami masih menimbang atau ingin tau pendapat dokter lain (Secondary Opinion) tentang keakuratan informasi, akhirnya kami putuskan untuk pindah ke dokter lain, yaitu ahli spesialis paru disalah satu rumah sakit terdekat. Dan benar, batuk adik saya ini Bukan Batuk Biasa (3 B). Kemudian dokter memberikan obat dalam jangka enam bulan. Enam bulan kemudian setelah nasehat Dokter akan pentingnya PMO (Pengawasan Minum Obat)  kemudian adik saya kembali memeriksakan kondisi terakhir setelah minum obat selama enam bulan. Alhamdulillah pengobatannya berhasil dengan melihat hasil foto rontgen dan hasil periksa dahak atau BTA (Basil Tahan Asam)-nya negatif di tambah semakin meningkatnya berat badan adik. Kami pun masih kurang percaya perihal penyakit yang telah mendera adik saya saat itu. Kata dokter, berbagai macam faktor penyakit ini di tularkan, diantaranya  terkena kontak penderita TB  yang sedang  berada di  tempat keramaian atau di dalam perjalanan seperti naik bis kota yang setiap hari adik lakukan seperti berangkat dan pulang kuliah yang ia tempuh setiap harinya. Karena kepatuhan adik dalam minum obat dan tak lupa makan-makan yang bergizi,  akhirnya adik saya ini dinyatakan sembuh. Kesembuhan ini juga berkat tanggap cepat kami sebelum penyakit itu bertambah parah seperti mengeluarkan   dahak bercampur darah.  

Sore itu, saat senja datang, kami  terbiasa ngobrol  di atas genteng, menikmati suasana Jakarta menikmati indahnya kota dengan  kepadatan penduduknya.  Mensyukuri nikmat kesehatan yang telah diberikan kepada kami terutama adik saya satu-satunya.

"Dik, Alhamdulillah dokter telah memberikan keputusan kalau kamu sudah sembuh, cuma bekas luka nya tidak bisa pulih seperti semula," ujarku sambil mengelus rambutnya.

"Gak apa mbak. Kemarin aku sempat tidak memikirkan kesehatan karena aku terlalu sibuk dengan kuliahku," Jawabnya sambil memegang tanganku.

"Semangat, Dik. Besok jaga kesehatan dengan baik ya... Ingat! Penyakit ini bisa terjangkit kembali, jika kamu tidak  jaga kesehatanmu. Jangan lupa makan makanan yang  bergizi dan jangan suka jajan di pinggir jalan." Ujarku menasehati.

"Iya..mbak... "

Kulihat wajahnya sumringah sore itu menambah keindahan senja yang hadir menemani kami saat itu.

Yang masih saya khawatirkan tentang penyakit ini adalah sebagain masyarakat yang  belum tau atau menyadari pentingnya  informasi dari gejala-gejala Tb itu sendiri, sampai merasakan sakit hingga mudahnya  penularannya.
Apa itu TB ?


Sejarah TB : Keputusan Ikatan Dokter Paru Indonesia (sekarang PDPI) istilah “TBC” menjadi TB maka istilah P2TBC menjadi P2TB. (1973). Tuberkulosis (TB) adalah penyakit menular yang disebabkan oleh kuman Mycobacterium tuberculosis. TB ditularkan melalui udara (melalui percikan dahak penderita TB). Ketika seseorang yang sakit TB batuk, bersin, berbicara atau meludah, mereka memercikkan kuman TB atau bacilli ke udara. Seseorang dapat terpapar dengan TB hanya dengan menghirup sejumlah kecil kuman TB.

Sumber Image

Seseorang yang terdiagnosa TB dengan status TB BTA (Basil Tahan Asam) positif dapat menularkan sekurang-kurangnya kepada 10-15 orang lain setiap tahunnya. Sepertiga dari populasi dunia sudah tertular dengan TB. Sebagian besar pasien TB adalah usia produktif (15-55 tahun).
  
Tapi jangan khawatir tentang penyakit ini, karena Tuberkulosis dapat disembuhkan dan dicegah. Ingat! Penyakit ini bisa di sembuhkan dan dapat dicegah sedini mungkin, jika kita mematuhi dan mengawasi pasien dalam minum obat.  

Temukan pasien. Kenali Gejala. 


Gejala Tb sebagai berikut :
1. Batuk secara terus menerus selama 2-3 minggu.Bahkan bisa lebih.
2. Dahak bercampur darah.
3.Berkeringat di waktu malam hari.
4. Rasa sakit pada dada dan sesak.
5.Badan lemah
6. Nafsu makan berkurang dengan disertai penurunan berat badan.
7.Penyakit tambah parah dengan terlihatnya urin yang berwarna keruh.

SumberImage

Solusi untuk mengendalikan TB yang resistan terhadap obat, yaitu :
Yang perlu kita perlu perhatikan dalah saat sesorang di diagnosa TB tapi tak mematuhi minum obat yang berdampak adanya resisten penyakit atau biasa di sebut kebal obat, langkah apa yang harus kita lakukan, yaitu :


  •     Menyembuhkan  pasien TB  di sekitarnya ;
  •     Pengendalian infeksi dengan berbagai  fasilitas di mana pasien dirawat ;
  •     Memastikan penggunaan obat yang tepat yang direkomendasikan untuk mengobati penyakit TB .

                                            Anjurkan, Awasi, Dan Ajarkan

Strategi Stop TB


Langkah yang paling kita tekankan adalah :
 1 . Mengejar perluasan dan peningkatan kualitas tinggi DOTS atau di sebut  5 strategi DOTS (Directly Observed Treatment Shortcourse) :

  • Komitmen politis, dengan pembiayaan yang memadai dan berkelanjutan.
  • Pemeriksaan dahak mikroskopis yang terjamin mutunya.
  • Pengobatan jangka pendek yang standar bagi semua kasus TB dengan tatalaksana kasus yang tepat, termasuk pengawasan langsung pengobatan.
  • Jaminan ketersediaan obat anti TB (OAT) yang bermutu.
  • Sistem pencatatan dan pelaporan yang mampu memberikan penilaian terhadap hasil pengobatan pasien dan kinerja program secara keseluruhan.

2 . Alamat TB - HIV , MDR - TB , dan kebutuhan masyarakat miskin dan rentan
  •     Scale- up kegiatan kerjasama TB / HIV.
  •     Pencegahan skala - up dan pengelolaan TB -MDR ( MDR - TB ).
  •     Memenuhi kebutuhan kontak TB , dan masyarakat miskin dan rentan.

3 . Berkontribusi penguatan sistem kesehatan didasarkan pada perawatan kesehatan primer

  •     Membantu meningkatkan kebijakan kesehatan , pengembangan sumber daya manusia , pendanaan , pasokan , pelayanan dan informasi.
  •     Memperkuat pengendalian infeksi dalam pelayanan kesehatan , tempat lain yang padat dan rumah tangga.
  •     Meng-upgrade jaringan laboratorium , dan melaksanakan Pendekatan Praktis untuk Kesehatan Paru ( PAL ).
  •     Beradaptasi pendekatan sukses dari bidang dan sektor-sektor lain , dan mendorong tindakan pada determinan sosial kesehatan.

4 . Melibatkan semua penyedia layanan

  •     Libatkan semua publik , sukarela , perusahaan dan penyedia swasta melalui Mix ( PPM ) pendekatan Public-Private.
  •     Mempromosikan penggunaan Standar Internasional untuk Perawatan TB ( ISTC )

5 . Memberdayakan orang dengan TB , dan masyarakat melalui kemitraan

  •     Mengejar advokasi , komunikasi dan mobilisasi sosial.
  •     Partisipasi masyarakat dalam perawatan TB Foster , pencegahan dan promosi kesehatan.
  •     Mempromosikan penggunaan Piagam Pasien untuk Perawatan TB.

6 . Aktifkan dan mempromosikan penelitian

  •     Melakukan penelitian operasional berbasis program.
  •     Memberikan nasehat atau informasi dan berpartisipasi dalam penelitian untuk mengembangkan diagnostik baru , obat-obatan dan vaksin.

Mencegah sebelum penyakit itu datang akan lebih baik sebelum penyakit TB itu datang.Kalau bukan kita yang menyebarkan info ini, siapa lagi.





Karena pentingnya Informasi tentang TB apalagi mengingat mudahnya penularan penyakit Tb, alangkah baiknya kita sebarkan informasi ini kepada  semua, kepada siapa saja tentunya. Jangan lupa berpartisipasi aktif dalam menemukan dan menyembuhkan pasien TB.Jadi, Lawan 3 B dengan 3 A : Anjurkan penderita untuk di periksa, Awasi pengobatannya, Ajarkan Hidup Sehat. Informasi lebih lanjut bisa diakses melalui :

Website      : http://www.tbindonesia.co.id

Facebook   : Stop TBIndonesia

Twitter        : @TBIndonesia



Tulisan ini di ikutkan dalam Blog Competition Temukan Dan Sembuhkan Pasien TB, serial1 Temukan Pasien TB 





Sumber  referensi:

2 comments:

Followers