Beberapa bulan terakhir ini, sepertinya aku jarang nulis di blog ini. Alasannya banyak, seperti alasan gak ada ide menulis. Alasan lain adalah rasa malasku yang mulai menyerang semenjak "senjata"ku tiba-tiba "sakit". Mereka adalah Kompi dan Lappi, yang secara bersamaan rusak. Fyuhhh! Akhirnya melalui proses yang sangat lama untuk menservisnya, masalah itu muncul kembali seperti tiba-tiba Kompi mati dengan sendirinya, begitu juga dengan Lappinya...Ckckck. Kejadian ini kemudian berpengaruh dengan semngatku yang dulu pernah ada, seperti menulis berbagai macam kejadian kemudian dituangkan melalui tulisan, serta kranjinganku belajar menulis flahsfiction, dengan prompt2 yang di berikan, lewat dengan santainya berlalu tanpa aku garap sedikit pun hingga berganti prompt selanjutnya.. Hikkss, sedih banget!
Suatu sore, saat cuaca cerah setelah Jakarta di guyur hujan rintik-rintik semalam yang di barengin khabar adanya letusan Gunung Kelud berlokasi di Kediri Jawa Timur. Tujuanku saat itu ingin ke rumah Ibuku yang tak jauh dari rumahku karena ingin menyalakan lampu rumah ibu setiap pagi dan sore yang di tinggal pulang kampung. Sebelum kesana, aku mampir ke salah satu Mini Market dekat rumah Ibuku untuk menyelesaikan administrasi tiket pesawat yang aku beli secara online melui tranfer Bank. Setelah selasai, kedua putriku pun meminta berbagai macam makanan, seperti minta dibelikan eskrim. Setelah melihat sana sini, secara tak sengaja aku bertemu dengan seorang kawan yang telah lama tak jumpa. Sebut saja Mawar. Hubungan kami berawal dari kebersamaan berangkat maupun pulang sekolah. Kami memang tidak satu sekolah, namun saat jam berangkat maupun pulang sekolah, kami selalu bertemu di jalan atau di dalam angkutan, hingga akhirnya kamipun berkenalan. Setelah berkenalan, kami mengetahui bahwa kami bertetanggaan , yaitu satu RT.
Dulu kami pernah mempunyai kelompok belajar. Diantaranya aku dan Mawar dan kelima teman kami yang berbeda sekolahan. Mereka bersekolah SMA unggulan di wilayah Jakarta Barat dan Cengkareng. Aku sendiri termasuk sekolah di swasta. Sehingga belajar kelompok ini aku gunakan sebagai tempat aku belajar dari mereka yang sekolahnya terkenal dengan adanya orang-orang pinter.
"Hai! Apa khabar?" Tegurku ke Mawar.
"Khabar baik. Bagaimana khabarmu, Sri. ?"
"Baik. Alhamdulillah. Bagaimana anak, suami, pekerjaan dan Blaa...blaa...."
Itulah sekilas perbincangan kami saat itu, hingga pada suatu percakapan yang cukup membuat aku mengambil hikmah dari pertemuan ini.
"Eh bagaimana khabar kawan kita dulu?" Ujarku mengalihkan mengalihkan pembicaraan.
"Oh..si A yang sukses kerja di pertambangan, dan Si B yang sukses dengan sekolahnya hingga gelar Doktor. Mereka sekarang tak mau lagi mengenalku. Mungkin aku miskin, kali yah."
"Uppss. Mawar. Kamu gak boleh ngomong begitu. Miskin atau gaknya orang lain yang menilai, bukan kamu yang ngomong.Hati-hati! Omongan bisa jadi doa."Ujarku menjawab keluhannya.
"Lah bagaimana mereka tak mau mengenalku, mereka lewat depan rumahku aja tak mau menoleh. Memang aku masih ngontrak, aku orang gak punya. Mereka kan meanggaggapku gak selevel, kali yah?" Imbuh Mawar.
"Cobalah untuk menegurnya duluan, aku dengannnya berkawan loh di facebook, apalagi kamu yang dulu temen satu SD maupun satu SMP" Terangku.
"Bagaimana mau menegur duluan. Aku jadi teringat jaman SMA dulu, dia selalu main ke kontrakanku, tapi Ibunya selalu menyusulnya. Kayak gitu kan ketauan, kalau si A gak boleh bergaul dengan aku yang miskin ini." Kembali Mawar menerangkan.
Sejenak ku hela nafasku dalam-dalam. Kemudian mengalihkan kembali pembicaraan , dengan menunjuk ke salah satu coklat yang di pajang di Mini Market yang di bungkus memakai pita-pita.
Akhirnya aku sudahi pembicaraan kami yang kebetulan memasuki waktu maghrib, dengan berpisah dan meneruskan perjalanan menuju rumah Ibuku untuk menyalakan lampu.
Sejenak aku berpikir dan merenung atas semua pembicaraan kami sore itu. Disana ada sebuah pembelajaran tentang ketidakpercayaan diri dalam pergaulan (minder) dan tidak mau mengakui kelebihan seseorang yang dianggap mempunyai kelebihan seperti materi maupun kelebihan-kelebihan lainnya serta ketidakpercayaan diri bergaul terhadap kawan yang dianggap sukses di bidang pekerjaan.
Hikmahnya, Kembali mengucap syukur, bagaimana "aku" dulu yang bersusah payah berjuang demi memberantas kemiskinan dengan melakukan pekerjaan setelah pulang sekolah. Semasa SMA, aku selalu bekerja membantu Ibu berjualan. Ibuku bercerita kalau dia tak menyangka akan menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang bangku kuliah.
Memang saat itu keaadaan kami serba kekurangan. Mau makan pun kami harus bekerja dulu, baru mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti mendapatkan nasi besrta lauknya yang kadang bisa kami makan secara komplit empat sehat lima sempurna dalam sebulan sekali saja. Disini kami seperti di tuntut untuk bekerja apa saja yang penting halal seperti membuat kue dan berbagai macam masakan. Bekerja melawan segala kekurangan yang menghimpit kami saat itu. Namun, roda berputar. Kami pernah merasa di bawah dan ada saatnya kami merasa di atas dengan adanya pencapaian hasil dari perjuangan kami. Walau keadaan kami yang sekarang belum ada apa-apanya di banding yang lainnya. Tapi kami diwajibkan untuk selalu bersyukur, karena dibawahnya kami ternyata masih ada yang lebih susah.
Kembali ke pribadi kita masing-masing bagaimana kita mensyukuri atas rizki yang telah di terima. Selain mengucap syukur, kamipun berusaha melakukan perbuatan dengan jalan selalu berdoa, memohon kepadaNya supaya kami selalu dipelihara dan di jauhkan dari segala bentuk kemungkaranNya dengan tak banyak mengeluh, percaya diri dan berani berbicara asal kita merasa tak bersalah. Itu semua bagian dari pesan Ibuku kepada kami sebagai anak-anaknya. Selain itu, selalu memohon petunjukNya atas segala rintangan yang kadang datang ditengah-tengah perjalanan supaya kami tetap kokoh iman dan taqwa dengan jalan mengimani Qodo Qodar-Nya. Yaitu mengimani semua peristiwa baik maupun peristiwa buruk dalam kehidupan yang sedang kita jalanin. Semoga pesan Ibu bisa aku jalanin dengan baik. Aminn YRA.
No comments:
Post a Comment