Saturday, 15 February 2014

.........mungkin aku gak selevel..............


Beberapa bulan terakhir ini, sepertinya aku jarang  nulis di blog ini. Alasannya banyak, seperti alasan gak ada ide menulis. Alasan lain adalah rasa malasku yang mulai menyerang semenjak "senjata"ku tiba-tiba "sakit". Mereka adalah Kompi dan Lappi, yang secara bersamaan rusak. Fyuhhh! Akhirnya melalui proses  yang sangat lama untuk menservisnya, masalah itu muncul kembali seperti tiba-tiba Kompi mati dengan sendirinya, begitu juga dengan Lappinya...Ckckck. Kejadian ini kemudian berpengaruh dengan semngatku yang dulu pernah ada, seperti menulis berbagai macam kejadian  kemudian dituangkan melalui tulisan, serta kranjinganku belajar menulis flahsfiction, dengan prompt2 yang di berikan,  lewat dengan santainya berlalu tanpa aku garap sedikit pun hingga  berganti prompt selanjutnya.. Hikkss, sedih banget!


Suatu sore, saat cuaca cerah  setelah Jakarta di guyur  hujan rintik-rintik semalam yang di barengin khabar adanya letusan Gunung  Kelud berlokasi di Kediri Jawa Timur. Tujuanku saat itu ingin ke rumah Ibuku yang tak jauh dari rumahku karena ingin menyalakan lampu rumah ibu setiap pagi dan sore yang di tinggal pulang kampung. Sebelum kesana, aku mampir ke salah satu Mini Market dekat rumah Ibuku untuk menyelesaikan administrasi tiket pesawat yang aku beli secara online melui tranfer Bank. Setelah selasai, kedua putriku pun meminta berbagai macam makanan, seperti minta  dibelikan eskrim. Setelah melihat sana sini, secara tak sengaja aku bertemu dengan seorang kawan yang telah lama tak jumpa. Sebut saja Mawar. Hubungan kami berawal dari kebersamaan berangkat maupun pulang sekolah. Kami memang tidak satu sekolah, namun saat  jam berangkat maupun pulang sekolah, kami selalu bertemu di jalan atau di dalam angkutan, hingga akhirnya kamipun berkenalan. Setelah berkenalan, kami mengetahui bahwa kami bertetanggaan , yaitu satu RT. 

Dulu  kami pernah mempunyai kelompok belajar. Diantaranya aku dan Mawar dan kelima teman kami yang  berbeda sekolahan. Mereka bersekolah SMA unggulan di wilayah Jakarta Barat dan Cengkareng. Aku sendiri termasuk sekolah di swasta. Sehingga belajar kelompok ini aku gunakan sebagai tempat aku  belajar dari mereka yang sekolahnya terkenal dengan adanya orang-orang pinter.

"Hai! Apa khabar?" Tegurku ke Mawar.

"Khabar baik. Bagaimana khabarmu, Sri. ?"

"Baik. Alhamdulillah. Bagaimana anak, suami, pekerjaan dan Blaa...blaa...."

Itulah sekilas perbincangan kami saat itu, hingga pada suatu percakapan yang cukup membuat aku mengambil hikmah dari pertemuan ini.

"Eh bagaimana khabar kawan kita dulu?" Ujarku mengalihkan mengalihkan pembicaraan.

"Oh..si A yang sukses kerja di pertambangan, dan Si B yang sukses dengan sekolahnya hingga gelar Doktor. Mereka sekarang tak mau lagi mengenalku. Mungkin aku miskin, kali yah."

"Uppss. Mawar. Kamu gak boleh ngomong begitu. Miskin atau gaknya orang lain yang menilai, bukan kamu yang ngomong.Hati-hati! Omongan bisa jadi doa."Ujarku menjawab keluhannya.

"Lah bagaimana mereka tak mau mengenalku, mereka lewat depan rumahku aja tak mau menoleh. Memang aku masih ngontrak, aku orang gak punya. Mereka kan meanggaggapku gak selevel, kali yah?" Imbuh Mawar.

"Cobalah untuk menegurnya duluan, aku dengannnya berkawan loh di facebook, apalagi kamu yang dulu temen satu SD maupun satu SMP" Terangku.

"Bagaimana mau menegur duluan. Aku jadi  teringat jaman  SMA dulu, dia selalu main ke kontrakanku, tapi  Ibunya selalu menyusulnya. Kayak gitu kan ketauan, kalau si A gak boleh bergaul dengan aku yang miskin ini." Kembali Mawar menerangkan.

Sejenak ku hela nafasku dalam-dalam. Kemudian mengalihkan kembali pembicaraan , dengan menunjuk ke salah satu coklat yang di pajang  di Mini Market yang di bungkus  memakai pita-pita. 

Akhirnya aku sudahi pembicaraan kami yang kebetulan memasuki waktu maghrib, dengan berpisah dan meneruskan perjalanan menuju rumah Ibuku untuk menyalakan lampu.

Sejenak aku berpikir dan merenung atas semua pembicaraan kami sore itu.  Disana ada sebuah pembelajaran tentang ketidakpercayaan diri dalam pergaulan (minder) dan tidak mau mengakui kelebihan seseorang yang dianggap mempunyai kelebihan seperti materi maupun kelebihan-kelebihan lainnya  serta ketidakpercayaan  diri bergaul terhadap kawan  yang dianggap  sukses di bidang pekerjaan.

Hikmahnya, Kembali  mengucap syukur, bagaimana "aku" dulu yang bersusah payah berjuang demi memberantas kemiskinan dengan melakukan pekerjaan setelah pulang sekolah. Semasa SMA, aku selalu bekerja membantu Ibu berjualan. Ibuku bercerita kalau dia tak menyangka akan menyekolahkan anak-anaknya hingga ke jenjang bangku kuliah. 

Memang saat itu keaadaan kami serba kekurangan. Mau makan pun kami harus bekerja dulu, baru mendapatkan apa yang kita inginkan. Seperti mendapatkan nasi besrta lauknya yang kadang bisa kami makan secara komplit empat sehat lima sempurna dalam sebulan sekali saja. Disini kami seperti di tuntut untuk bekerja apa saja yang penting halal seperti membuat kue dan berbagai macam masakan.  Bekerja melawan segala kekurangan yang menghimpit kami saat itu. Namun, roda berputar. Kami  pernah merasa di bawah dan ada saatnya kami merasa di atas dengan adanya pencapaian hasil dari perjuangan kami. Walau  keadaan kami yang sekarang belum ada apa-apanya di banding yang  lainnya.  Tapi kami  diwajibkan untuk selalu   bersyukur, karena dibawahnya kami ternyata masih ada yang lebih susah.  


Kembali ke pribadi kita masing-masing bagaimana kita mensyukuri atas rizki yang telah  di terima. Selain mengucap syukur, kamipun berusaha melakukan perbuatan  dengan  jalan selalu berdoa, memohon kepadaNya supaya kami selalu dipelihara dan di jauhkan  dari segala bentuk kemungkaranNya dengan tak banyak mengeluh, percaya diri dan berani berbicara asal kita merasa tak bersalah. Itu semua bagian dari pesan  Ibuku kepada kami sebagai anak-anaknya. Selain itu, selalu memohon petunjukNya atas segala rintangan yang kadang datang ditengah-tengah perjalanan supaya kami tetap kokoh iman dan taqwa dengan jalan mengimani  Qodo Qodar-Nya. Yaitu mengimani semua peristiwa baik maupun peristiwa buruk dalam kehidupan yang sedang kita jalanin. Semoga pesan Ibu bisa aku jalanin dengan baik. Aminn YRA.


No comments:

Post a Comment

Followers